Rabu, 04 November 2015

LANJUTAN TEKTONIK PULAU KALIMATAN





PETA TEKTONIK PULAU KALIMANTAN







 






 






            Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnier (1982), lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang menunjam ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas yang paling penting disebalah Timur adalah :
1.      Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang.
2.      Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara
3.      Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur Lupar.
Pola struktur yang berkembang di pulau Kalimantan berarah Meratus (Timur laut-Barat daya). Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar tetapi juga pada arah sumbu lipatan. Perbukitan Tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 km terbentuk akibat pergerakan dua patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan Tutupan.
Dalam pulau Kalimantan terdapat spreading centre, strike slip fault dan zona subduksi.
Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesar dengan jurus bidang sesar, yang terdiri dari:
a.       Strike left slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan terletak jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kiri.
b.      Strike right slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seasr maka akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kanan.
zona subduksi adalah area di bumi di mana dua lempeng tektonik bergerak ke arah satu sama lain dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika lempeng samudra bertabrakan dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng benua tersebut ke dalam astenosfer. 
Di provinsi Kalimantan timur terdapat cekungan tarakan tepatnya di pulau tarakan . Cekungan Tarakan memiliki variasi sesar, elemen struktur dan trend. Sejarah tektonik cekungan Tarakan diawali denganfase ekstensi sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar yang berhenti pada Miosen Awal. Fase tektonik awal ini merupakan fase pembukaan cekungan ke arah timur yang diindikasikan dengan adanya enechelon block faulting yang memiliki slope  ke arah timur.
                

Gambar Tatanan Tektonik Cekungan Tarakan (Modifikasi BEICIP, 1985)

Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih stabil dimana terendapkan sedimen dengan lingkungan delta yang menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari barat ke timur. Contoh sungai yang memiliki hilir di daerah ini yaitu sungai Proto-Kayan, Sesayap, Sembakung dan beberapa lainnya. Pada fase ini cekungan mengalami subsidence akibat gravitasi beban dari endapan delta yang semakin banyak, sehingga terbentuk sesar listrik. Pertumbuhan struktur sesar disini mengindikasikan bahwa terjadi proses penyebaran endapan delta ke arah barat yang menjadi lebih sedikit dan mulai terendapkan karbonat. Pada bagian cekungan yang mengarah ke timur tersusun atas endapan delta yang tebal, yang berasosiasi dengan sesar normal syngenetik (sesar normal yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan).
Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang terjadi pada Plio – Pleistosen Akhir akibat dari kolisi lempeng Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal ini  mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalikkan arah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE hingga WNE – ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi ini membentuk struktur yang tinggi karena material endapan bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan Tarakan.
Dari fase tektonik tersebut dipercaya bahwa deformasi yang terbentuk sejak awal proses tektonik merupakan pengontrol utama pembentukan cebakan hidrokarbon di cekungan Tarakan.
Di Kalimantan selatan terdapat dua cekungan besar yaitu cekungan barito dan cekungan asam-asam dua cekungan ini dibatasi oleh pegunungan meratus yang melintang dari utara ke barat daya. Cekungan barito dan cekungan kutai dipisahkan oleh sebuah sesar yang berarah timur-barat di bagian utara dari propinsi Kalimantan selatan sesar ini di kenal dengan nama sesar adang.
Regim struktur yang terjadi di cekungan barito adalah regim transpression dan transtesion. Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timur laut – selatan barat daya pada bagian utara cekungan . sedangkan pada pegunungan meratus terdapat sesar yang membawa basement. Sesar – sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di pegunungan meratus yaitu di bagian utara pegunungan ini berarah utara timur laut – selatan baratdaya dan berada dibagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar naik banyak terdapat pada daerah pegunungan meratus dengan arah umum utara timur laut – selatan baratdaya. Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di pegunungan meratus ini.
Reference:

TEKTONIK PULAU KALIMATAN

TugasGeologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
KALIMANTAN

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

DOSEN PENGAMPUH
INTAN NOVIANTARI MANYOE S.Si..,M.T

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015



Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnier (1982), lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang menunjam ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas yang paling penting disebalah Timur adalah :
1.      Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang.
2.      Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara
3.      Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur Lupar.
Pola struktur yang berkembang di pulau Kalimantan berarah Meratus (Timur laut-Barat daya). Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar tetapi juga pada arah sumbu lipatan. Perbukitan Tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 km terbentuk akibat pergerakan dua patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan Tutupan.
Dalam pulau Kalimantan terdapat spreading centre, strike slip fault dan zona subduksi.
Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesar dengan jurus bidang sesar, yang terdiri dari:
a.       Strike left slip fault Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan terletak jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kiri.
b.      Strike right slip fault Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seasr maka akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kanan.
zona subduksi adalah area di bumi di mana dua lempeng tektonik bergerak ke arah satu sama lain dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika lempeng samudra bertabrakan dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng benua tersebut ke dalam astenosfer.
Di provinsi Kalimantan timur terdapat cekungan tarakan tepatnya di pulau tarakan . Cekungan Tarakan memiliki variasi sesar, elemen struktur dan trend. Sejarah tektonik cekungan Tarakan diawali denganfase ekstensi sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar yang berhenti pada Miosen Awal. Fase tektonik awal ini merupakan fase pembukaan cekungan ke arah timur yang diindikasikan dengan adanya enechelon block faulting yang memiliki slope  ke arah timur.          
Gambar Tatanan Tektonik Cekungan Tarakan (Modifikasi BEICIP, 1985)
Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih stabil dimana terendapkan sedimen dengan lingkungan delta yang menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari barat ke timur. Contoh sungai yang memiliki hilir di daerah ini yaitu sungai Proto-Kayan, Sesayap, Sembakung dan beberapa lainnya. Pada fase ini cekungan mengalami subsidence akibat gravitasi beban dari endapan delta yang semakin banyak, sehingga terbentuk sesar listrik. Pertumbuhan struktur sesar disini mengindikasikan bahwa terjadi proses penyebaran endapan delta ke arah barat yang menjadi lebih sedikit dan mulai terendapkan karbonat. Pada bagian cekungan yang mengarah ke timur tersusun atas endapan delta yang tebal, yang berasosiasi dengan sesar normal syngenetik (sesar normal yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan).
Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang terjadi pada Plio – Pleistosen Akhir akibat dari kolisi lempeng Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal ini  mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalikkan arah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE hingga WNE – ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi ini membentuk struktur yang tinggi karena material endapan bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan Tarakan.
Dari fase tektonik tersebut dipercaya bahwa deformasi yang terbentuk sejak awal proses tektonik merupakan pengontrol utama pembentukan cebakan hidrokarbon di cekungan Tarakan.
Di Kalimantan selatan terdapat dua cekungan besar yaitu cekungan barito dan cekungan asam-asam dua cekungan ini dibatasi oleh pegunungan meratus yang melintang dari utara ke barat daya. Cekungan barito dan cekungan kutai dipisahkan oleh sebuah sesar yang berarah timur-barat di bagian utara dari propinsi Kalimantan selatan sesar ini di kenal dengan nama sesar adang.
Regim struktur yang terjadi di cekungan barito adalah regim transpression dan transtesion. Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timur laut – selatan barat daya pada bagian utara cekungan . sedangkan pada pegunungan meratus terdapat sesar yang membawa basement. Sesar – sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di pegunungan meratus yaitu di bagian utara pegunungan ini berarah utara timur laut – selatan baratdaya dan berada dibagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar naik banyak terdapat pada daerah pegunungan meratus dengan arah umum utara timur laut – selatan baratdaya. Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di pegunungan meratus ini.
Reference:
http://rorygeobumi.blogspot.co.id/2012_04_15_archive.html
https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/
http://cahyageo.blogspot.co.id/2011/02/dalam-geologi-subduksi-adalah-proses.html
http://nicosanggeologist.blogspot.co.id/2014/04/tarakan-basin.html
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-indrakusum-22690-3-2012ta-2.p

TEKTONIK PULAU MALUKU

TugasGeologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
MALUKU

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

DOSEN PENGAMPUH
INTAN NOVIANTARI MANYOE S.Si..,M.T

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

PETA TEKTONIK PULAU MALUKU

1.Maluku Utara       
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang di dominasi oleh perairan, dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra, dan Punggung Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua system bentang alam. Kedua system bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di timur.
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di kawasan  ini. Lempeng  Laut  Maluku,  yaitu  sebuah  lempeng  benua  kecil mengalami tumbukan ke Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan kearah timur di bawah Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat Halma hera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah : Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat, sedangkan Kayoa berasal dari terumbukarang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keeping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau di sekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur termasuk kedalam system pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double ArcSystem di buktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan nonvulkanik di lengan timur.
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong kearah barat bersamaan dengan Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda  yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.
Tektonik Indonesia Timur (Hamilton,2000)
Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik di mulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidak selarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu gamping.
2. Sistem Ternate
a.       palung belakang (bagian dari halmahera).
b.      busur dalam vulkanis (zona ternate).
c.       palung antara (palung-palung morotai-ternate-batjan).
d.      busur luar non vulkanis (punggungan snellius-maju-obi)
3. Maluku Selatan/Busur Banda
Bagian tengah dari basin banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar
a.       busur dalam (adanya vulkanisme aktif).
b.      busur luar (bebas dari vulkanisme)
4. Basin Banda Tengah
Diantara damar dan buru dan juga diantara api dan bada
5. Basin Banda
a.       Terdiri dari bagian utara dan selatan
b.      Utara (terletak diantara sulawesi dan buru)
c.       Selatan (terletak antara batutara dibagian barat dan manuk sebelah timur)
6.         Busur banda




Laut Maluku merupakan zona tumbukan busur dengan busur, yang terletak di daerah pertemuan antara lempeng – lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina (Gambar 1). Disebelah timur dijumpai busur gunung api aktif  Halmahera, dan disebelah barat di jumpai busur gunung api aktif Sangihe. Data gempa bumi menunjukkan adanya zona Benioff yang menunjam kearah timur dan yang menunjam kearah barat, atau kearah menjauh dari Laut Maluku. Kedua busur magmatic di daerah ini di pisahkan oleh jarak terdekat 250k m, di martadi masing – masing sisibusur dijumpai palung sampai 3 k m dalamnya. Diantara palung – palung tersebut di jumpai morfologi tinggi, yaitu punggungan Mayu - Talaud yang dibeberapa tempat muncul kepermukaan sebagai pulau, yaitu Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore. Gempa – gempa dangkal terkonsentrasikan  dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis mekanis mefokal menunjukkan tipe sesar naik (Fitch, 1970) .


a.       StrukturZonaTumbukan
Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesetangkupan struktur yang menonjol. Punggungan Mayu – Talaud adalah bagian dari punggungan besar yang terdeformasi dan terdiri atas batuan sedimen klastik. Punggungan tersebut di bagian sisi timur mau pun baratnya dibatasi oleh palung yang juga ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap bagian depan kedua busur. Singkapan punggungan tersebut dijumpai di Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa batuan sedimen Tersier yang terdeformasi, serta bancuh yang mengandung bongkab – bongkaha nekaragam batuan, seperti peridotit, serpentinit, gabro, serta batuan gunung api dan sedimen Tersier dalam matriks yang tergeruskan.
b.      PerkembanganZonaTumbukan
Silver & Moore (1981) menjelaskan bahwa perkembangan struktur zona tumbukan di Laut Maluku adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 3. Dia sumsikan bahwa masing – masing system busur sebelum terjadi tumbukan terdiri atas busur gunung api aktif, kompleks tunjaman, serta cekungan busurmuka. Diduga tunjaman kebarat dibawah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama disbanding tunjaman kearah timur dibawah Halmahera. Hal ini didasarkan bahwa zona BenioffdiSangihe lebih dalam dibanding yang di bawah Hal mahera, meskipun ini juga dapat mencerminkan bahwa lajupenun jaman dibawah Sangihe lebih cepat. Proses akrasi kedua kompleks tunjaman ditafsirkan berhenti ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya, proses konvergen sitersebut mengakibatkan zona tumbukan terangkat dan terjadi penebalan di zona ini, disertai pelipatan dan pensesar - naikan.

Referensi
1        Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23 Oktober 2015, dariearthjay.com/?p=2040
2        B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU, KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR.Pusat survey Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15. repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf. Diperoleh 23 Oktober 2015


TEKTONIK PULAU PAPUA

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
PAPUA
Oleh
Kelompok 3


AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
DOSEN PENGAMPUH
INTAN NOVIANTARI MANYOE S.Si..,M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015


GX








PETA TEKTONIK PAPUA



Zona – zona tektonik papua
ANTIKLIN
Peta Tektonik Papua
Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai perairan selatan Kaimana.
Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia dan lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun).
Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur. Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Lereng curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami ketika ada getaran gempa. Gempa yang sering terjadi dengan kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan di sekitar leher burung.
Sesar Sorong
Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama 40 juta tahun telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-pulau yang terbentuk karena adanya sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang sampai sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah bercabang di wilayah kepala burung.

Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang berpotensi menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koor yang membentang dari Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki, sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang membentang dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.

Refernsi
1.      Anonym. Tektonik Geologi Papua. Diperoleh 22 Oktober 2015 dari (https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/




TEKTONIK PULAU JAWA


TugasGeologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
JAWA
Oleh
Kelompok 3


SALMIA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
AGUNG PRASETYA
DOSEN PENGAMPUH
INTAN NOVIANTARI MANYOE,S.Si..,M.T

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015






 
   


   


·         KERANGKA TEKTONIK PULAU JAWA
Fisiografi dan konfigurasi tektonik Kepulauan Indonesia masa kini yang komplek merupakan hasil interaksi sejak Neogen tiga lempeng litosfer utama: Lempeng Laut Filipina (Philippine Sea plate) yang bergerak (10 cm/th) kearah NNW; Lempeng Indo-Australia (Indo-Australian plate) yang bergerak (8 cm/th) kearah NNE, dan Lempeng Erasia(Eurasian plate) yang stasioner, bergerak jauh lebih lambat kearah SE (4 cm/th) (Gambar 1).Berdasarkan karakteristik geologi dan geofisika, Simandjuntak & Barber (1996) membagi wilayah Kepulauan Indonesia menjadi 5 wilayah: (1) Wilayah tenggara Lempeng Erasia yang membentuk wilayah craton continental Daratan Sunda (Sundaland) yang meliputi Sumatra, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat; (2) Wilayah lempeng samudera Laut Filipina di timur laut; (3) Wilayah craton benua Australia, keutara meliputi Irian Jaya dan Paparan Arafura dan Sahul; (4) Wilayah Lempeng Samudera Hindia; dan (5) Wilayah zona transisi yang menandai zona interaksi lempeng masa kini dengan seismisitas yang aktif dan volkanisme mulai dari bagian barat Sumatra, Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Banda, Utara Irian melalui Sulawesi dan Maluku, kearah utara Kepulauan Filipina. Di zona inisubduksi lempeng tetap aktif serta di cirikan oleh lempeng-lempeng mikro kontinen yang membentuk zona-zona tumbukan.
            Interaksi lempeng-lempeng yang membentuk Kepulauan Indonesia menghasilkan berbagai tipejalur orogen (orogenic belts). Simandjuntak & Barber (1996) mengenali enam tipejalur orogen (Gambar 2):

Gambar 1:KerangkatektonikwilayahKepulauan Indonesia (Simandjuntak& Barber, 1996).

Gambar 2:Tipe-tipejalurorogenNeogen Indonesia (Simandjuntak& Barber, 1996).
  1. OrogenSunda(Sunda Orogeny) di Jawadan Nusa Tenggara: melibat kansubduksi lempeng samudera dengan arah tegak lurus, menghasilkan jalur orogen tipe Andean beserta palung, komplek akresi, cekungan depan-busur (forearc basin), busu rmagmatik di mana gunung api tumbuh di tepik ontinen Sundaland.
  2. Orogen Barisan (Barisan Orogeny) di Sumatra: dengan arah konvergen miring (oblique convergence) sehingga menghasilkan system sesarmen datar Sumatra pada busur magmatiknya, dan sepanjang sesar ini pula suatu segmen kerak kontinen bergerak kearah utara di sepanjang bagian barat Sundaland.
  3. Orogen Talaud (Talaud Orogeny) di bagian utara Laut Maluku: konvergen sibusur magmati coceanic Sangihe dan Halmahera dengan Lempeng Laut Maluku.
  4. Orogen Sulawesi (Sulawesi Orogeny) di Sulawesi timur: tumbuk anblok-blok mikro kontinen dengan system subduksi di sepanjang tepitimur Sundaland.
  5. Orogen Banda (Banda Orogeny) di Kepulauan Banda, di wilayah antara Pulau Sumba dan Tanimbar: tumbuk anantara tepi utara kontinen Australia dengan system subduksi di sepanjang bagian selatan Busur Banda.
  6. Orogen Melanesia (Melanesian Orogeny) di Pulau Papua: suatu tahapan lebih lanjut tumbukan tepi utara kontinen Australia dengan busur magmatic pada Lempeng Laut Filipina yang dimulai pada Miosen Awal.
Aktifitas orogen di sebagian besar jalur-jalur orogenini di mulai pada kala Miosen Tengah dan proses orogenik masih tetap berlangsung sampai sekarang.
            Pembagian Kepulauan Indonesia menjadi 6 tipe jalur orogen di atas menunjukkan Pulau Jawa merupakan pulau utama yang penting di Indonesia bagian barat disamping Pulau Sumatra dan Kalimantan. Memahami perkembangan tektonik Pulau Jawa berarti mengetahui bagian utama dari tektonik Indonesia bagian barat. Tataan  tektonik Pulau Jawa menunjukkan cirri  khasprodukin teraksi konvergen  antara lempeng samudera dan lempeng benua.  Lempeng samuderanya adalah lempeng Indo-Australia yang bergerak keutara dan menunjam di bawah lempeng benuanya yakni lempeng Eurasia yang relative stabil dan disini  diwakili oleh paparan Sunda. Pertemuan lempeng ini menghasilkan busur volkanik busur  (volcanic arc) dan jalur penun jaman (subduction zone), atau palung (trench),  dan telah berlangsung sejak zaman akhir Kapur – Paleosen (100-52 jutatahun).
            Pulau Jawa seperti yang tampak sekarang mencerminkan kondisi geologi masa kini dan geologi Neogen (Gambar 3), meskipun demikian jejak kondisi geologi yang lebih tua masih dapat ditelusuri berdasarkan singkapan-singkapan batuan Pra-Tersier dan Paleogen ditempat-tempat tertentu di Pulau Jawa seperti di Ciletuh (Jawa Barat), Karangsambung, Bayat, dan Nanggulan (Jawa Tengah). Singkapan batuan Pra-Tersier, seperti yang  ditunjukkan oleh singkapan batuan kompleks melange (batuan bancuh atau campur aduk) Luk Ulo-Karangsambung dan kompleks batuan metamorf Bayat dan berlanjut ke arah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan, merupakan bagian dari lajur konvergensi lempeng berumur Kapur Akhir-Paleosen (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) (Gambar 4). Sementara itu terdapatnya jalur magmatik Oligo-Miosen (atau OAF= Old Andesite Formation, Van Bemmlen, 1949) berarah T-B di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa menunjukkan adanya sistem subduksi lempeng Tersier yang lebih muda (Soeria-Atmadja et al., 1994) (Gambar 5).  Dari sini dapat disimpulkan bahwa selama Paleogen, yakni sejak Paleosen sampai Oligosen, terjadi evolusi geologi yang cukup signifikan, terutama di wilayah Jawa Tengah-Jawa Timur, ditandai dengan berubahnya arah lajur subduksi yang pada zaman Kapur Akhir-Paleosen berarah TL-BD menjadi T-B pada zaman Tersier (Gambar 6).
·         STRUKTUR REGIONAL PULAU JAWA
Jalur penun jaman Kapur-Paleosen  yang di tunjukkann oleh singkapan batuan Komplek  Melange LukUlo-Karang sambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) mempunyai arah umum struktur TL-BD yang mengarah kearah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan.  Pulung gono dan Martodjojo (1994) mengenali tiga arah struktur utama di Pulau Jawa: Arah timur laut-barat daya atau Pola Meratus, arah utara-selatan atau Pola  Sunda, dan arah timur-barat atau Pola Jawa (Gambar 7). Disamping tiga arah struktur utama ini, masih terdapat satu arah struktur utama lagi, yakni arah baratlaut-tenggara yang disebut Pola Sumatra (Satyana, 2007). Pola Meratus  dominan di kawasan lepas pantai utara, ditunjukkan oleh tinggian-tinggian Karimunjawa, Bawean, Masalembo dan Pulau Laut (Guntoro, 1996).  Di Pulau Jawa arah ini terutama ditunjukkan oleh pola struktur batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo, Kebumen Jawa Tengah.  Pola Sunda yang berarah utara-selatan umum terdapat di lepas pantai utara Jawa Barat dan di daratan di bagian barat wilayah Jawa Barat. Arah ini tidak nampak di bagian timur pola Meratus. Pola Jawa yang berarah timur-barat merupakan pola yang mendominasi daratan Pulau Jawa, baik struktur sesar maupun struktur lipatannya. Di Jawa Barat pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, serta sesar sungkup dan lipatan di dalam Zona Bogor. Di Jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan  di Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa Timur pola ini ditunjukkan oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan di Zona Kendeng. Struktur Arah Sumatra terutama terdapat di wilayah Jawa Barat dan di Jawa Tengah bagian timur struktur ini sudah tidak nampak lagi. Struktur arah barat-timur atau Arah Jawa, di cekungan Jawa Timur ternyata ada yang lebih tua dari Miosen Awal, dan disebut Arah Sakala (Sribudiyani et al., 2003). Struktur Arah Sakala yang utama adalah zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) dan merupakan struktur yang menginversi cekungan berisi Formasi Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen sampai Eosen Awal sebagai endapan tertua. Sebagian besar batuan tertua di Jawa, yakni yang berumur Pra-Tersier sampai Paleogen dan dianggap sebagai batuandasar Pulau Jawa, tersingkap diwilayahJawa
Gambar 3:Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi dari Baumann, 1982; dan Simandjuntak dan Barber 1996).



Gambar 4:Elemen-elementektonik di wilayahtepitenggaraDaratanSunda(Sundaland) (Hamilton, 1979).


Gambar 5:JalurmagmatikTersierPulauJawa (Soeria-Atmadja et al., 1994).

Gambar 6:JalursubduksiKapursampaimasakini di PulauJawa (Katili 1975, dalamSujanto et al., 1977).

Gambar 7:PolastrukturPulauJawa (Martodjojo&Pulunggono, 1994) (RMKS = Rembang-Madura-Kangean-Sakala 

Referensi

1.      Hendrik Boby Hertanto. (Oktober 10 2012). Tektonik dan Sedimentasi Pulau Jawa (Paleogen-Neogen). Diperoleh 0ktober 15 2015, darihttp://geoenviron. blogspot. co.id/2012/10/ tektonik-dan-sedimentasi-pulau-jawa.html