Rabu, 04 November 2015

TEKTONIK PULAU JAWA


TugasGeologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU
JAWA
Oleh
Kelompok 3


SALMIA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
AGUNG PRASETYA
DOSEN PENGAMPUH
INTAN NOVIANTARI MANYOE,S.Si..,M.T

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015






 
   


   


·         KERANGKA TEKTONIK PULAU JAWA
Fisiografi dan konfigurasi tektonik Kepulauan Indonesia masa kini yang komplek merupakan hasil interaksi sejak Neogen tiga lempeng litosfer utama: Lempeng Laut Filipina (Philippine Sea plate) yang bergerak (10 cm/th) kearah NNW; Lempeng Indo-Australia (Indo-Australian plate) yang bergerak (8 cm/th) kearah NNE, dan Lempeng Erasia(Eurasian plate) yang stasioner, bergerak jauh lebih lambat kearah SE (4 cm/th) (Gambar 1).Berdasarkan karakteristik geologi dan geofisika, Simandjuntak & Barber (1996) membagi wilayah Kepulauan Indonesia menjadi 5 wilayah: (1) Wilayah tenggara Lempeng Erasia yang membentuk wilayah craton continental Daratan Sunda (Sundaland) yang meliputi Sumatra, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat; (2) Wilayah lempeng samudera Laut Filipina di timur laut; (3) Wilayah craton benua Australia, keutara meliputi Irian Jaya dan Paparan Arafura dan Sahul; (4) Wilayah Lempeng Samudera Hindia; dan (5) Wilayah zona transisi yang menandai zona interaksi lempeng masa kini dengan seismisitas yang aktif dan volkanisme mulai dari bagian barat Sumatra, Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Banda, Utara Irian melalui Sulawesi dan Maluku, kearah utara Kepulauan Filipina. Di zona inisubduksi lempeng tetap aktif serta di cirikan oleh lempeng-lempeng mikro kontinen yang membentuk zona-zona tumbukan.
            Interaksi lempeng-lempeng yang membentuk Kepulauan Indonesia menghasilkan berbagai tipejalur orogen (orogenic belts). Simandjuntak & Barber (1996) mengenali enam tipejalur orogen (Gambar 2):

Gambar 1:KerangkatektonikwilayahKepulauan Indonesia (Simandjuntak& Barber, 1996).

Gambar 2:Tipe-tipejalurorogenNeogen Indonesia (Simandjuntak& Barber, 1996).
  1. OrogenSunda(Sunda Orogeny) di Jawadan Nusa Tenggara: melibat kansubduksi lempeng samudera dengan arah tegak lurus, menghasilkan jalur orogen tipe Andean beserta palung, komplek akresi, cekungan depan-busur (forearc basin), busu rmagmatik di mana gunung api tumbuh di tepik ontinen Sundaland.
  2. Orogen Barisan (Barisan Orogeny) di Sumatra: dengan arah konvergen miring (oblique convergence) sehingga menghasilkan system sesarmen datar Sumatra pada busur magmatiknya, dan sepanjang sesar ini pula suatu segmen kerak kontinen bergerak kearah utara di sepanjang bagian barat Sundaland.
  3. Orogen Talaud (Talaud Orogeny) di bagian utara Laut Maluku: konvergen sibusur magmati coceanic Sangihe dan Halmahera dengan Lempeng Laut Maluku.
  4. Orogen Sulawesi (Sulawesi Orogeny) di Sulawesi timur: tumbuk anblok-blok mikro kontinen dengan system subduksi di sepanjang tepitimur Sundaland.
  5. Orogen Banda (Banda Orogeny) di Kepulauan Banda, di wilayah antara Pulau Sumba dan Tanimbar: tumbuk anantara tepi utara kontinen Australia dengan system subduksi di sepanjang bagian selatan Busur Banda.
  6. Orogen Melanesia (Melanesian Orogeny) di Pulau Papua: suatu tahapan lebih lanjut tumbukan tepi utara kontinen Australia dengan busur magmatic pada Lempeng Laut Filipina yang dimulai pada Miosen Awal.
Aktifitas orogen di sebagian besar jalur-jalur orogenini di mulai pada kala Miosen Tengah dan proses orogenik masih tetap berlangsung sampai sekarang.
            Pembagian Kepulauan Indonesia menjadi 6 tipe jalur orogen di atas menunjukkan Pulau Jawa merupakan pulau utama yang penting di Indonesia bagian barat disamping Pulau Sumatra dan Kalimantan. Memahami perkembangan tektonik Pulau Jawa berarti mengetahui bagian utama dari tektonik Indonesia bagian barat. Tataan  tektonik Pulau Jawa menunjukkan cirri  khasprodukin teraksi konvergen  antara lempeng samudera dan lempeng benua.  Lempeng samuderanya adalah lempeng Indo-Australia yang bergerak keutara dan menunjam di bawah lempeng benuanya yakni lempeng Eurasia yang relative stabil dan disini  diwakili oleh paparan Sunda. Pertemuan lempeng ini menghasilkan busur volkanik busur  (volcanic arc) dan jalur penun jaman (subduction zone), atau palung (trench),  dan telah berlangsung sejak zaman akhir Kapur – Paleosen (100-52 jutatahun).
            Pulau Jawa seperti yang tampak sekarang mencerminkan kondisi geologi masa kini dan geologi Neogen (Gambar 3), meskipun demikian jejak kondisi geologi yang lebih tua masih dapat ditelusuri berdasarkan singkapan-singkapan batuan Pra-Tersier dan Paleogen ditempat-tempat tertentu di Pulau Jawa seperti di Ciletuh (Jawa Barat), Karangsambung, Bayat, dan Nanggulan (Jawa Tengah). Singkapan batuan Pra-Tersier, seperti yang  ditunjukkan oleh singkapan batuan kompleks melange (batuan bancuh atau campur aduk) Luk Ulo-Karangsambung dan kompleks batuan metamorf Bayat dan berlanjut ke arah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan, merupakan bagian dari lajur konvergensi lempeng berumur Kapur Akhir-Paleosen (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) (Gambar 4). Sementara itu terdapatnya jalur magmatik Oligo-Miosen (atau OAF= Old Andesite Formation, Van Bemmlen, 1949) berarah T-B di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa menunjukkan adanya sistem subduksi lempeng Tersier yang lebih muda (Soeria-Atmadja et al., 1994) (Gambar 5).  Dari sini dapat disimpulkan bahwa selama Paleogen, yakni sejak Paleosen sampai Oligosen, terjadi evolusi geologi yang cukup signifikan, terutama di wilayah Jawa Tengah-Jawa Timur, ditandai dengan berubahnya arah lajur subduksi yang pada zaman Kapur Akhir-Paleosen berarah TL-BD menjadi T-B pada zaman Tersier (Gambar 6).
·         STRUKTUR REGIONAL PULAU JAWA
Jalur penun jaman Kapur-Paleosen  yang di tunjukkann oleh singkapan batuan Komplek  Melange LukUlo-Karang sambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998) mempunyai arah umum struktur TL-BD yang mengarah kearah Pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan.  Pulung gono dan Martodjojo (1994) mengenali tiga arah struktur utama di Pulau Jawa: Arah timur laut-barat daya atau Pola Meratus, arah utara-selatan atau Pola  Sunda, dan arah timur-barat atau Pola Jawa (Gambar 7). Disamping tiga arah struktur utama ini, masih terdapat satu arah struktur utama lagi, yakni arah baratlaut-tenggara yang disebut Pola Sumatra (Satyana, 2007). Pola Meratus  dominan di kawasan lepas pantai utara, ditunjukkan oleh tinggian-tinggian Karimunjawa, Bawean, Masalembo dan Pulau Laut (Guntoro, 1996).  Di Pulau Jawa arah ini terutama ditunjukkan oleh pola struktur batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo, Kebumen Jawa Tengah.  Pola Sunda yang berarah utara-selatan umum terdapat di lepas pantai utara Jawa Barat dan di daratan di bagian barat wilayah Jawa Barat. Arah ini tidak nampak di bagian timur pola Meratus. Pola Jawa yang berarah timur-barat merupakan pola yang mendominasi daratan Pulau Jawa, baik struktur sesar maupun struktur lipatannya. Di Jawa Barat pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, serta sesar sungkup dan lipatan di dalam Zona Bogor. Di Jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan  di Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa Timur pola ini ditunjukkan oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan di Zona Kendeng. Struktur Arah Sumatra terutama terdapat di wilayah Jawa Barat dan di Jawa Tengah bagian timur struktur ini sudah tidak nampak lagi. Struktur arah barat-timur atau Arah Jawa, di cekungan Jawa Timur ternyata ada yang lebih tua dari Miosen Awal, dan disebut Arah Sakala (Sribudiyani et al., 2003). Struktur Arah Sakala yang utama adalah zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) dan merupakan struktur yang menginversi cekungan berisi Formasi Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen sampai Eosen Awal sebagai endapan tertua. Sebagian besar batuan tertua di Jawa, yakni yang berumur Pra-Tersier sampai Paleogen dan dianggap sebagai batuandasar Pulau Jawa, tersingkap diwilayahJawa
Gambar 3:Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi dari Baumann, 1982; dan Simandjuntak dan Barber 1996).



Gambar 4:Elemen-elementektonik di wilayahtepitenggaraDaratanSunda(Sundaland) (Hamilton, 1979).


Gambar 5:JalurmagmatikTersierPulauJawa (Soeria-Atmadja et al., 1994).

Gambar 6:JalursubduksiKapursampaimasakini di PulauJawa (Katili 1975, dalamSujanto et al., 1977).

Gambar 7:PolastrukturPulauJawa (Martodjojo&Pulunggono, 1994) (RMKS = Rembang-Madura-Kangean-Sakala 

Referensi

1.      Hendrik Boby Hertanto. (Oktober 10 2012). Tektonik dan Sedimentasi Pulau Jawa (Paleogen-Neogen). Diperoleh 0ktober 15 2015, darihttp://geoenviron. blogspot. co.id/2012/10/ tektonik-dan-sedimentasi-pulau-jawa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar